Rabu, 19 Oktober 2011

f r i e n d ................ was it ?????


-->

        It’s been 2 years ago since the last we met and we haven’t met again. I remember, the last I saw you when you were wearing your white T-shirt and your blue jeans. You didn't look great but you’re always look nice, as always.
           How do you look now?? I’m in a little curious. But, i guess your not as nice as i saw you for the first time. I was interested from the first i saw you. His thought, his way of life, idealism, very unusual and it was so me . I have ever admired him when knowing that he was only alone living’ in my little city.  Just admiring not more. Am i sure?? Yup.., absolutely sure.  Have a feeling more than just admiring, i never did it, and absolutely i don’t want to have such kind of feeling.
        You liked to wear your blue jeans and your white t-shirt, then you covered your  t-shirt with black formal dress. Your glasses made you look older.., but i liked that.  I liked your philosophy about a person who always asking money to the others. You’ve ever said that “ Don’t look back or even look at they face when you’re not going to give (money )”.  How i remember that words exactly until right now.  You always did nothing but i couldn't keep my eyes from you.
       I think there’s  never enough words to describe you, even in fact that we were never close each other.  But, no mater what, i did always give a damn to you. May be you never see me, the real i am, what kind of person i am,  how i used to think about something, or what music i love the most.  I know that you were always have a bad impression with me. You don’t know me well, that’s why you did it . I hope someday in the next next next next , you feel regret why you never know me well.
       The fact that we were never and close each other,even being friend, this could be something that i regret. I ever think, ‘why should i regret‘? And why i remember all stories about you? I have no reason for sure. You’re name just came up then i’ll say ‘I want to be you friend’ . We rarely spoke each other, we rarely met , we rarely spent our colleague time together. I wanted to hear all your story, i wanted to hear your funny jokes or your  cranky jokes, i wanted to tell my story to you supposed you knowing me well.
       Now i hear that you have a great job in one of Indonesian political party. Hum..,, i believe that you’ll be involved in those kind of job.  You really know what should you do and reach what you want to reach. That’s good. Different with me. I haven’t finished yet what will i do with my life. I’m just like a loser. Teach me how to be a good person!!  Teach me how i can reach my dream!!. Hey, you’re the real philosopher, be my friend..!!!!

‘Sang Aktivis Kampung’


-->
        Genap sudah usianya menginjak 50 di tahun ini, namun seakan-akan semangatnya tidak pernah meredup untuk membuat suatu perubahan di kampungnya. Seperti biasa, pagi ini dia memulai aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga biasa. Menyapu, mencuci, memasak,memang  sudah fasih dia lakukan, mungkin karena itu beberapa hal yang dilakukannya sehari-hari.
           Handpohone di ruang tamu kembali berdering. Buru-buru dia mengangkatnya sembari membetulkan handuk yang tadi melingkar di lehernya dan hampir jatuh. Oh, rupanya orang yang berbicara di telepon itu salah satu aktifis kampung lain yang menginginkan kehadirannya  sebagai ‘ketua pengurus lansia ’ di acara syawalan kelurahan.  Ini memang undangan acara syawalan  kesekian kali yang memang dia berencana untuk mendatanginya.
        Sepak terjangnya sebagai aktifis di kampung mungkin sudah lebih dari 20 tahun ia geluti. Debutan karirnya dimulai dari sebuah arisan RT, dimana dia diberi kepercayaan sebagai  ‘Bendahara’.  Kemudian dia mulai merambah ke dunia Arisan RW. Dan lagi dia dipercaya sebagai Bendahara. Karirnya makin menanjak dan ia pun semakin populer hingga akhirnya beberapa tahun kemudian dia didaulat sebagai Bendahara perkumpulan Ibu-Ibu PKK.  Kurang lebih 15 tahun menapaki  dunia PKK , karirnya berkutat sebagai Bendahara atau Sekertaris. Namun, dari jabatan tersebutlah  akhirnya dia dikenal hingga wilayah Kelurahan dan Kecamatan.  Entah itu sial atau beruntung, namun jika ada pemilihan tugas sebagai Bendahara ataupun Sekertaris, sang Aktifis Kampung lah yang selalu dicalonkan pertama kali dan selalu menjadi kandidat  tunggal.
         Tidak cukup hanya berkutat dengan dunia Bendahara ataupun Sekertaris.  Dirinya yang amat mencintai olahraga sering mengajak  seluruh warga kampung, khususnya Ibu-Ibu untuk berolah raga. Dari menggalakkan senam Kampung dengan menghadirkan Instruktur  Aerobik  hingga mempopulerkan Olahraga minggu pagi  untuk Ibu-Ibu di kampung kami, ke daerah Imogiri. Saking gencarnya menggerakkan program senam kampung , dia juga  diminta secara khusus oleh pihak kelurahan untuk mengikuti kursus Instruktur senam yang digalakkan oleh kelurahan . Selain itu, dia juga aktif sebagai Pengurus Posyandu Balita dan ikut aktif memantau perkembangan Balita.  Hal yang paling membantu adalah Sang aktifis rupanya memang tipikal orang yang gemar mencatat. Semua pengarahan dari Dokter Puskesmas yang rutin tiap bulan mengunjungi Posyandu Balita selalu ia catat dan kemudian ia pelajari baik-baik. Kemudian, 4 tahun belakangan, ia didaulat sebagai ketua Pengurus Lansia. Tugasnya cukup sulit menurutku, karena selain membantu program kelurahan memantau kesejahteraan Lansia ia juga harus memastikan bahwa lansia-lansia di daerah kami harus tetap bugar dan masih aktif diikutsertakan jika ada perlombaan antar lansia di kelurahan. Pernah suatu waktu , diminta untuk menduduki sebuah posisi disalah satu instansi pemerintah daerah oleh kenalannya di kecamatan dan kelurahan yang memang mengetahui persis sepak terjang sang aktifis. Namun, sang aktifis menolak. Dia merasa tidak mampu jika mengemban tugas sebagai  salah satu Pejabat Desa tersebut. Sang aktivis yang hanya mengenyam pendidikan hingga bangku SMA juga merasa minder, terlebih lagi gunjingan-gunjingan yang akan dia terima jika dirinya menjadi salah satu pejabat desa menambah niat sang aktivis menjadi surut. Maka dari itu, dia putuskan untuk menjadi aktivis kampung ketimbang menjadi bagian dari pejabat kampung.  Dia lebih memilih menggalakkan berbagai program, baik yang merupakan program pemerintah maupun program underground yang dilakukan ibu-ibu Pkk. Beberapa bulan lalu juga diadakan pemilihan pengurus sebuah badan baru ditingkat kelurahan. Dan lagi, sang aktifis lah yang dicalonkan dan pada akhirnya terpilihlah ia sekaligus berhasil mengalahkan popularitas sang Pejabat Kampung (Bu RW).
         Menjadi aktifis kampung bukan berarti perkara gampang. Biarpun hanya di level kampung, intrik-intrik yang terjadi sama menantangnya dengan intrik di dunia politik. Dari aktifis kampung kacangan yang hanya bermodal nimbrung hingga pejabat kampung yang merasa iri dan kalah pamor, sepertinya berlomba-lomba menghambat sepak terjang Sang aktifis. Tipu muslihat , adu domba, fitnah, salah paham, juga pernah ikut meramaikan intrik dan polemik dalam perjalanan karir sang aktifis kampung.
Kadang sang aktivis kampung merasa lelah karena bertahun-tahun hanya berkutat dengan hal itu-itu saja. Entah sampai kapan sepak terjang sang aktivis kampung tersebut bertahan. Namun, membuat kampung menjadi lebih baik, lebih maju, dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat yang membutuhkan, selalu menjadi penyemangat sang aktivis kampung.
        ‘Sang aktivis kampung’ , i dedicate this for the one and the only one, my beloved, my guardian angel, my sidekick, a person who always next to me whoever whatever I am, SHE IS MY MOM. I know this type-writing doesn’t good enough. But this is show that i really support whatever you’ve did. A dedication and an appriciation which she never got before. This is just for you. Luv ya Mom.

Rabu, 05 Oktober 2011

Heartbreak.com


Dari beberapa bulan sebelumnya, Logika di otakku sudah pernah berkata hal ini pasti terjadi, tapi hati waktu itu masih tetap saja menolaknya. Berkali-kali kupastikan agar si Logika menang menghadapi hati, tetap saja tidak berhasil.

Logika berkali-kali memastikan dan mengingatkanku agar hati tak hancur lagi, tapi hati selalu menantang ku untuk tidak merasa takut.  Memang hati itu selalu egois, karena kenyataanya berkali-kali Logika harus mengalah.

Malam ini sungguh berakhir dengan sebuah kepalsuan. Malam kuhabiskan dengan tertawa dan tersenyum lebar, Kepalsuan tentang keadaan yang seolah-olah baik-baik saja.  Sekeras apa tertawa malam ini rasanya tetap sunyi. I’m in crowded place but feel like living in the solitare place . Sial, kenapa ini seperti cerita di drama asia yang pernah kutonton ataupun sinetron yang sama sekali tidak ada ketertarikan untuk menontonya.

Dua setengah jam sudah kucoba untuk membunuh waktu. Bukan kegiatan yang penting tapi cukup menghibur . Aku masih ingat perdebatan antara Logika dan Hati tadi, ketika mereka saling menyalahkan atas keadaan ini. 
“Hai otak, sekarang kau sadar kan dengan apa yang terjadi ?! Sudah kuperingatkan sejak lama, tetap saja kau tidak percaya. Lalu apa yang bisa kau lakukan kalau sudah seperti ini?” kata Logika.

Kali ini nampaknya Logika berucap dengan penuh bangga karena merasa dialah yang benar dan tidak salah tafsir, dan mungkin  kali ini di berniat mengacungkan jari telujuknya sambil menunjuk-nunju ke arah si hati
“Iya aku tau. Aku yang tidak percaya padamu, aku yang tidak bisa mengendalikan perasaanku, aku yang sekarang merasakan perih seperti diiris-iris. Tapi kau juga salah, kau tidak pernah memahamiku, kau hanya memikirkan sesuatu yang bisa kau hitung dan berguna untukmu. ” Si hati berucap juga.
Nampaknya Hati berusaha membela diri dan mempertahankan argumennya yang hanya dia pahami seorang diri.

Dear i don’t know,  Aku masih menunggu sesuatu yang menyenangkan hingga hari berganti.  Aku masih ingin menantang malam ini sebelum pagi. Menantang sebuah perdebatan Logika vs hati.  Seperrtinya perdebatan ini masih panjang, tapi aku ingin semua selesai hari ini, mendamaikan logika dan hati.

Satu hal yang selalu membuatku bertanya. Kenapa ketika patah hati selalu membuatku merasa kembali ke masa lalu?? Masa dimana aku yang dulu sangat berbeda dengan aku yang sekarang . Aku yang dulu lebih pemberani, aku yang dulu lebih independent, aku yang dulu lebih bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari sekarang, aku yang dulu suka akan menantang maut, aku yang dulu yang tidak takut menghadapi kesendirian sekalipun, aku yang dulu tidak akan pernah merasa takut jika harus berkeliling dunia seorang diri sekalipun, aku yang dulu  mempunyai banyak mimpi, dan aku  yang dulu dapat dikategorikan rajin membuat goresan tinta yang terdiri dari deretan kata-kata yang akhirnya menciptakan sesuatu walaupun pada akhirnya hilang entah kemana. Dan sekarang keluarlah kata-kata  “ Fu*king sh*t ” ini. Kata-kata yang memang amat sangat langka kuucapkan.  Murkaa....Murkaa.....aaa...

Why all this things should be ended in Saturday Night? Why? Don’t you think that i deserve to get something special !!??  One thing that i know, i have to collect all the pieces of heart. I hope i can find all of it, grab with my hands, and complete this ‘heartbreak puzzle’.  Terima kasih tinta merah, terima kasih malam. Terima kasih semua berakhir dimalam yang indah, Saturday Night , a night which always be a wonderful night. Yes, it is. It’s really wonderful night.  You’re succesfully breaking my heart. I wonder why.. I cry as Loud as i can, but my tears never come out.




Minggu, 11 September 2011

bertemu Raka lagi

         Di sore yang terik kemarin, untuk yang ke sekian kalinya, aku melihat si mantan muridku yang pemberani itu. Masih sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, aku bertemu di jalan itu, jalan yang sama dimana aku selalu melihatnya. Sambil memegang layang-layang ,dia berlari menyusuri jalan itu bersama seorang temannya. Cukup lama juga tidak melihatnya . Tidak banyak  yang berubah, wajahnya masih sama tapi tingginya bertambah, dan tubuhnya masih sama kurusnya apalagi kaos merah lusuh yang dia kenakakan kemarin membuatnya semakin terlihat kurus. Selain kurus, kulitnya yang bertambah semakin hitam, cukup membuktikan bahwa dia sering bermain dan berpanas-panas ria. Melihatnya berlari mengejar layang-layang sempat membuatku bernostalgia sebentar ke masa lalu. Ingatanku kembali ke masa dimana hal itu juga sering kulakukan bersama teman sepermainanku dulu. Ah.., tapi itu masa lalu . Tapi begitu menyenangkannya waktu itu.

         Mungkin salah satu hal paling menyenangkan di dunia ini adalah menjadi anak-anak. Yang kita tahu hanya bermain dan bermain. Tidak perlu mengurusi dan memperdulikan segala macam hal yang terjadi di dunia, such as demonstrasi ,permasalahan politik, perebutan kekuasaan, pengeboman kantor polisi, atau apalah itu namanya sort of those political matters. Berlari-lari di tepi jalan atau menyusuri jalan beraspal panas. Ya, aku teringat jaman dulu, aku juga pernah mengalaminya. Dulu, hanya untuk sebuah layangan putus, berlari hingga berpeluh pun dan tanpa memperdulikan kendaraan yang berseliweran yang mungkin bisa saja menabrak tetap kulakukan.  So silly.. but it was wonderful. I felt like am a 'Kite Runner'. Hitam.., ya memang hitam. Tapi dulu hal-hal seperti itu tidak terlalu penting, yang paling penting adalah latihan berkompetisi, berebut dan berhasil mendapatkan sebuah layangan putus itu mungkin hanya sebagai bonus dari keberhasilan sebuah kompetisi.

          Sayang aku tidak sempat menyapa Raka.  I saw him while i was riding my motorcycle. So, it was impossible to call him. Melihat Raka waktu itu juga cukup mengingatkanku dengan murid-muridku. Sudah lama tidak mengajar dan ternyata kangen juga . But over all, I hope that he's alright and wonderful. I'm sure that there's a great future for his life.     

Jumat, 24 Juni 2011

Pesan damai untuk angin Nocturno


-->
Kali ini kau memang berhasil mengalahkanku seperti sebelumnya. Aku pikir tubuhku sudah cukup kebal untuk menerobos dinginmu di malam hari, setelah beberapa kali yang lalu kau berhasil kuterobos dan akhirnya aku berhasil menang. Tapi kali ini aku kalah. Lagi-lagi aku kalah. Kalah, sama seperti malam-malam sebelumnya.

Betapa sombongnya aku, merasa bangga ketika tahu berhasil mengalahkanmu beberapa waktu yang lalu. Namun aku lupa, aku hanya berhasil menerobosmu berkali-kali tapi kau berhasil mengalahkanku lebih dari berkali-kali. Aku masih ingat berapa kali aku berhasil menerobosmu dengan selamat, tapi aku sudah lupa berapa kali kau berhasil mengalahkanku.

Mungkin bukan hanya aku saja yang berhasil kau kalahkan. Aku yakin masih ada banyak orang diluar sana yang berhasil kau kalahkan juga. Aku tau kau bukan sesuatu yang merugikan, aku tau kau bukan sesuatu yang menggangu, bahkan sebenarnya kau tidak menggangguku. Hanya saja ketika aku berusaha menerobosmu kau selalu mengalahkanku dan membuatku merasa bergantung dengan pil-pil itu. Aku tau kau diciptakan dengan maksud tertentu. Aku tau kau sangat berguna. Aku tau kau hebat dan aku tidak ingin mengingkarinya, karena kau memang diciptakan oleh-Nya yang memang Pencipta Alam Semesta. Aku hanya ingin tidak merasa seperti ini, mengahabiskan 40% dari hidupku untuk bersin-bersin dan memasukkan pil berwarna-warni itu yang mungkin juga bisa membahayakan hidupku karena konsumsi berlebih.

Aku, yang hingga detik ini masih bertahan sebagai single fighter untuk melawanmu, berharap suatu waktu kita berdamai. Nocturno, aku menunggu kapan kau bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak mengancamku. Aku menunggu dinginmu yang menusuk kalbu itu berubah menjadi sebuah kehangatan yang tidak membuatku mengkonsumsi pil-pil dan sirup manis rasa strawberry itu. Wahai angin Nocturno, aku lelah berkompetisi denganmu. Dengan ini, aku menawarkan sebuah kesepakatan damai. AKu tidak ingin diantara kita saling merugikan. Kapanpun kau mau, aku siap berdamai denganmu. Hanya satu  pertanyaan  untukmu, mau kah kau berdamai dengan ku?

Minggu, 22 Mei 2011

antara pulsa , cinta , dan realita.

Belakangan ini , di Inbox HP isinya kebanyakan SMS gak jelas. Mulai dari SMS nyasar yang isinya 'Mama Gadungan minta dibeliin pulsa', sms dari temen yang isinya lelucon yang didapet juga cuman 'forward an' dari orang laen, sms doa yang harus disebarin ke 10 orang dan kalo nggak disebarin ke 10 bakalan celaka ( nahh.., mampus nggak tuh.. ). Kalo enggak ya sms yang isinya cuma gambar emotion,. Kalo nggak gambar emotion ;D ,  kek gini ;(  ,  atau kek gini :). Nggak cuma sms sih, kadang juga ada telfon gak jelas,. Kenal juga enggak, tau-tau ngaajak ngobrol ngalor ngidul.

Hari gini, siapa sih yang nggak punya alat komunikasi yang namanya HP. Dari hari ke hari pengguna mobile phone a.k.a HP makin bertambah. Tukang becak aja sekarang mengayuh becak sembari menelepon, pembantu aja jaman sekarang nyuci baju sambil sms, tukang siomay keliling juga nggak mau kalah gaol ikut-ikutan berHP-HP ria sambil menjajakan Siomay nya.
 
Apa sih yang nggak bisa dilakuin HP??. DAri fungsi Camera, Radio, Music player, record, video, game, 3G , 3,5G ,penggunaan GPS,browsing, chatting, Penggunaan office work semacam microsoft word, nonton TV, semua bisa dia lakukan. Ibarat toko sih, 'One stop shopping'  , saking kumplit nya. Teknologi penggunaan HP pun juga semakin murah. Dulu harga satu SMS Rp.500 , lalu turun ke harga Rp.350 , dan seiring berkembangnya dan semakin gampang dan murahnya teknologi, harga sms sekarang berkisar Rp.150 - Rp.99 , itupun masih ada yang lebih murah lagi tapi tergantung Provider penyedia jasa kartu SIM CARD. Ada juga provider yang menawarkan harga Rp. 0 ( nol rupiah ) alias SMS gratis. Syarat dan ketentuan berlaku sih, tergantung peraturan si para provider. Bukan hanya SMS yang murah, telfon sekarang juga murah. Ada yang telfon gratis antar sesama Provider, ada yang gratis setelah menit ke 5, ada juga yang dapat bonus telfon dari jam 00.00-05.00. Pokoknya provider menawarkan berbagai pilihan dan kemudahan dalam berkomunikasi lah. Ahh.., provider memang pintar menjalankan tak-tik bisnis nya. Semakin murah harga yang ditawarkan, akan semakin bertambah pula penggunanya. Memang hebat si provider, berhasil menguasai pasar. Tapi, para pengguna jasa provider tidak sadar bahwa mereka ( termasuk saya ) sudah berhasil kecanduan dengan telfon dan SMS menggunakan HP karena berbagai keuntungandan fasilitas yang diperoleh. Semakin kita sering memakai, maka kita akan semakin sering mengisi pulsa, lagi.... , lagi...., dan lagi.

Buat para pencinta-pencinta yang dimabuk asmara, SMS gratis dan Telfon gratis cukup membantu proses PDKT.  Anda mendapatkan bonus 500SMS GRATIS. Nah lo.., bayangin !! Gratis 500 SMS, pegel nggak tuh ngetik terus. Ya karena sms gratis itulah, kegiatan PDKT aman terkendali dan bisa ngirit juga.  Kalau udah dapet gratisan kaya gitu, kita malah kadang-kadang jadi bingung sendiri ngeabisinnya. Saking pingin buang-buang SMSnya, maka muncullaj berbagai SMS nggak jelas tadi. Saking gratisnya sms, si orang-orang yang lagi pdkt bisa kirim sms sampe 50 kali perhari. Walopun kadang isi sms nya juga nanya kabar atau yang isinya, "heyy,..Lagi ngapain..?" , "udah makan belon??"  ,   "Jalan yuk..!!" , atau sms yang isinya rayuan-rayuan pulau kelapa. Kalau yang udah jadian sih, paling isinya seputar pertanyaan 'Posessif',  " Dimana yank / beib.. / cin.. / say. .??",  "Perginya ma siapa say..?", dan blaa blaaabllaaaaaaa.... sort of.

Laen cerita kalau telfon gratis. Kalau dulu pengin telfon murah musti di bela-belain begadang dulu, karna tarif telfon Happy hour 00.00-05.00 murah, kadang malah gratis. Kalau sekarang telfon gratis mungkin hanya berlaku sesama provider.

Baru sadar akhir-akhir ini ketika batere HP ngedrop terus. Ternyata karena keseringan buat telfon dan SMS , makanya batere yang biasanya tahan 3/4 hari sekarang cuma bertahan 2 hari. Yaa.. karena kita ini pengkonsumsi listrik, tanpa pikir panjang kita asal colok aja. Entah berapa kali kita colok-cabut-colok-cabut charger HP kita. Semakin sering kita menggunakan HP, maka semakin sering juga kita harus nge-charge ulang batere. Dan semakin kita nge-charge, maka semakin sering juga kita menggunakan listrik. Semakin kita menggunakan listrik, maka semakin besar pula bahan bakar yang digunakan untuk menggerakan motor pembangkit listrik. Semakin sering menggunakan bahan bakar maka akan semakin habis sumber bahan bakar, begitu pula sumber daya alam yang kita miliki.  Blaa  blaa  blaaa..., begitu siklus nya.  Kalau sumber daya alam habis dan tidak ada penggantinya, lalu bagaimana nasib kehidupan di Bumi selanjutnya ?? Sementara belum ditemukan bahan bakar alternatif.

Selain ngefek ke sumber daya alam, ada juga realita lain. Sebelum HP booming dan menjadi alat elektronik yang paling dicintai oleh manusia, dulu kita sering ngeliat banyak Wartel ( warung telepon ). Tetanggaku dulu juga penyedia jasa wartel . Tapi karena lagi-lagi berkembangnya teknologi dan biaya telfon dari HP ke HP lebih murah dari pada telefon kabel , banyak penyedia jasa Wartel yang gulung tikar,rugi,  termasuk si tetangga yang beralih profesi jadi penjual pulsa. Sekarang keberadaan wartel hampir tidak ada, bahkan langka. Semua orAng berpindah ke HP. 

Efek lainnya, bertambahnya orang yang menggunakan HP, maka berkurang pula penggunaan telepon rumah. Berkurangnya telepon rumah, maka berkurang pula jumlah pemasangan telepon kabel. Dengan berkurangnya jumlah pemasangan telepon rumah/telepon kabel, maka berkurang pula jumlah pendapatan yang didapatkan tukang pemasang telepon kabel. Dan berkurangnya pendapatan pemasang telepon, maka pemenuhan kebutuhan ekonomi juga jadi terhambat.

Trus salah siapa kalau hal-hal itu terjadi?  salah provider ? Trus musti gimana mengahdapi realita yang ada.?? Kembali ke jaman dulu dengan menggunakan surat menyurat dalam berkomunikasi??  pake telegram? pake  kartu pos? atau kalau perlu pake Merpati pos. Hemat, tanpa BBM, dan tidak menyebabkan global warming. Ya nggak gitu - gitu juga kaleeee....!! Provider nggak salah. Malah justru kita harus berterima kasih juga kok,  karena berkat provider kita bisa memanfaat teknologi dan semua fasilitas yang diberikan provider. Mungkin yang salah kita-kita sendiri, si pengguna, konsumen, dan pecandu komunikasi via Mobile phone. Kita harusnya lebih bijak menggunakan teknologi. Sebenarnya kan kita juga bisa ngendalikan pemaikaian HP kita, ataupun alat elektronik yang lain. It depends on person to person. Makanya, Gunakan seperlunya saja  dan jangan berlebihan, kan sebenernya hal-hal yang berlebihan itu juga nggak baik to.

Sekedar wacana untuk membuat kita lebih bijak dalam menyikapi sesuatu.  Kita harus peka terhadap hal yang kita lakukan. Karena hal-hal yang kita lakukan tidak hanya berakibat bagi diri kita sendiri, namun juga berakibat bagi orang lain. Selain itu dari sebuah hal kecil yang kita lakukan bisa menyebabkan hal yang besar dan bisa memberikan dampak sistemik. 

Kamis, 24 Maret 2011

A short story of a single fighter


-->
Jarum Pendek jam dinding warna biru tua itu menunjuk ke arah angka 10, sedang jarum panjangnya berada tepat menunjuk angka 4. Seperti biasa, Yu Jah masih dengan setia mengikuti tiap episode sinetron favoritnya  itu dari sehabis magrib  hingga jam 10an malam. Sesekali dia menguap dan sudah nampak lelah dengan aktivitas yang diakerjakan seharian ini, namun Tokoh ‘Surti’ di sinetron itu selalu menggelitiknya untuk terus mengikuti alur cerita sinetron yang belakangan ini jam tayangnya tidak jelas itu.

Melihat sosok Yu Jah dengan Daster warna coklat  yang sedang asyik menonton gelak tawa di tivi membuat pikiranku menerawang. Aku teringat dengan kisah hidupnya yang selalu menjadi tumpuan hidup keluaganya. Sedari remaja, Yu Jah sudah mulai bekerja untuk membantu orangtuanya membiayai adik-adiknya, dari pengumpul barang-barang rongsokan,pedagang sayur keliling,kerja di pabrik plastik, buruh gendong di pasar, pembuat keripik singkong, menjadi pembantu, hingga mejadi pengasuhku sewaktu 17 tahun yang lalu. Latar belakang pendidikan lah yang membuatnya selalu menjadi pekerja kasar. Sekalipun dia tidak menamatkan pendidikan SD dan nyaris tidak bisa membaca dan menulis, namun dia tidak mau menunggu dan hanya mengharap belas kasihan dari saudara-saudaranya. Dia lebih memilih untuk membanting tulang sebagai single fighter untuk menghidupi anak dan Ibunya.

Cerita Yu Jah tidak hanya berakhir sebagai pekerja kasar. Kisah cintanya pun demikian, tidak berjalan mulus. Sempat dia di tipu beberapa laki-laki yang juga pedagang di pasar. Bekali-kali hal itu terjadi. Seringnya, dia di mintai uang oleh pacar-pacar nya itu, dan ditinggalkan setelah semua barang berharga yang dia miliki itu ludes. Sebelum itu, Yu Jah juga sempat berhubungan dengan suami dari adiknya hingga melahirkan seorang anak perempuan yang saat ini kira-kira berusia 18 tahun.  Semua orang yang tinggal disekitar rumahnya pun tahu akan hal itu dan anaknya sendiripun tahu bahwa dia itu adalah anak hasil dari hubungan ibunya dengan suami  BuLeknya sendiri. Hal yang tidak bisa kuterima secara rasional hingga detik ini adalah semua pihak yang terkait dalam permasalahan itu merasa baik-baik saja dan hubungan mereka terjalin seperti biasa. Adiknya masih bersuamikan laki-laki itu hingga mempunyai 3 orang anak, anak Yu Jah sendiripun juga berhubungan baik dengan sepupu satu ayahnya itu, Yu jah pun juga berhubungan baik dengan adik dan adik iparnya itu. Semuanya pun berjalan normal seperti tidak terjadi  apa-apa. Tak jarang perempuan bertubuh kurus itu bertandang ke rumah adiknya untuk mengunjungi keponakannya, buah tanganpun tak pernah absen dia bawa. Aku mungkin tidak mengerti  jalan pikirannya waktu itu, tapi sampai saat inipun aku masih tak habis pikir mengapa Yu Jah tidak memaksa lelaki itu untuk bertanggungjawab dan berkesan merelakan hal itu terjadi hingga detik ini sekalipun, di usia Yu Jah yang menginjak 41 tahun.

Sudah 2 bulan ini Yu Jah sering menginap dirumahku walaupun itu tidak setiap hari. Pagi hingga sore dia membantu bisnis orangtuaku yang alhamdulilah sedang banyak order. Lumayan lah bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Beberapa bulan sebelumnya, Yu Jah sempat berkeluh kesah tentang harga-harga sayuran yang kian hari makin mahal. Sebagai imbas dari kenaikan harga sayuran dagangannya tidak laku. Belum lagi ditambah dengan hutangnya pada tukang kredit pasar dengan jumlah nominal cukup besar serta arisan-arisan yang diikuti Ibunya setiap bulannya yang belum dibayar seketika membuat Yu Jah kelimpungan memikirkannya. Beruntung anak perempuannya yang tomboy itu sudah mulai bekerja, jadi bisa sedikit meringankan beban ekonomi. Ibuku yang lebih dari 20 tahun mengenalnya merasa kasihan dan menyuruhnya untuk ikut membantu di rumahku sebagai pekerjaan sampingan. Namun belakangan Yu Jah lebih memilih bekerja ditempatku dari pada berjualan di pasar dan harus bertemu dengan si penagih hutang.

Sampai detik ini pun masih berjuta pertanyaan yang selalu berputar-putar di kepalaku tentang Yu Jah, pilihan hidupnya, terlebih jalan pikirannya. Aku selalu teringat hal itu ketika melihat kegigihannya dalam bekerja. Aku merasa tak habis pikir mengapa selalu wanita yang dirugikan. Dihamili tanpa sebuah ikatan, menanggung malu, dihujat orang, dan yang menghamili  tanpa merasa bersalah masih bisa hidup tanpa beban. Mungkin itu bahasa kasarnya . Untuk yang satu itu, sulit rasanya untuk merangkai kata yang lebih membuat ungkapan itu menjadi halus. Semoga tidak ada orang lagi yang bernasib sama. Ya.., aku juga tidak bisa menyalahkan jalan pikirannya yang seperti itu, karena itu haknya untuk memilih dan memutuskan. Mungkin juga itu dipengaruhi oleh kondisi sosial belasan tahun lalu yang masih konservatif, yang tidak mau membesar-besarkan suatu masalah, yang lebih memilih hatinya terluka, mengalah, tetapi  melihat adiknya bahagia. Terkadang pemikiran  konservatif lah yang bisa merugikan, tetapi di sisi lain konservatif juga lebih bermanfaat dari sebuah modernisasi ataupun kehidupan metropolis.

Jumat, 18 Maret 2011

the OLd school song..,

(ANDA)
Tentang Seseorang   

F#m        D      
Teruntukmu hatiku
E       A
Inginku bersuara
F#m          D
Merangkai semua tanya
E          A
Imaji yang terlintas

   Bm         C#m
   Berjalan pada satu
   C#               F#m  
   Tanya selalu menggangguku
    Bm
   Seseorang
   E           A
   Itukah dirimu kasih (fill) 

F#m         D 
Kepada yang tercinta
E          A
Inginnya kumengeluh
F#m         D 
Semua resah di diri
E        A
Mencari jawab pasti

   Bm        C#m
   Akankah seseorang 
   C#         F#m
   Yang kurindukan hadir
      Bm
   Raut halus
   E            A
   Menyelimuti jantungku

reff:

Bm        E
Cinta hanyalah cinta 
A              F#m
Hidup dan mati untukmu
Bm         C#        
Mungkinkah semua tanya 
    F#m
Kau yang jawab
 Bm           E
Dan tentang seseorang
A        F#m
itu pula dirimu
Bm          C         F#m  Gm  F#m  Gm  F#m
Kubersumpah akan mencinta
PS : back lagu-lagu jadul dan Old-school oiiyy... I thought i would be easy.
But, yea.., it's easier than practicing a piano...
Hwaaaaa.., a piano. I think i would never be a Maksim, coz it's definitely complicated 
and difficult.   

Selasa, 15 Maret 2011

Can't SmiLe without yOu song

You know I can't smile without you
I can't smile without you
I can't laugh, and I can't sleep
I don't even talk to people I meet
And I feel sad when you're sad
I feel glad when you're glad
And you must know what I'm goin' thru
I just can't smile, without you

You came along just like a song

You brightened my day
Who'd believe you were part of a dream
That only seemed light years away

And you know I can't smile without you

I can't smile without you
And you must know what I'm goin' thru
I just can't smile, without you

Some people say the happiness wave

Is somethin' that's hard to find
Into the new leavin' the old behind me
And I feel sad when you're sad
I feel glad when you're glad
And you must know what I'm goin' thru
I just can't smile, without you

Into the new, leaving the old behind me

And I feel sad when you're sad
I feel glad when you're glad

And you must know what I'm goin' thru

I just can't smile, without you

You must know what I'm goin' thru

I just can't smile, without you

Senin, 07 Maret 2011

menanti abu-abu

-->
Ada apa denganku,
Hanya  memandang layar putih biru, mengingatkanku waktu itu
Sebuah cerita klise yang baru menyadarkanku ketika warna itu selalu berubah menjadi abu-abu untukku
  
Ada apa denganku,
Selalu menunggu sebuah abu-abu

Pernah suatu waktu, abu – abu berubah menjadi  hijau,
Dan sesekali berubah menjadi warna kuning
Hanya untuk sementara , membuatku jadi biru

Hariku yang menunggu abu-abu kian membisu
Membuatku melupakanmu

Aku tau abu-abu itu bisu,
Tidak bisa mengungkapkan perasaanku waktu itu
Aku tau abu-abu itu tak dapat berbicara,
Membuatku tak tau apa maksudnya

Ini  sebuah penghabisan,
Detik terakhir untuk menghapus abu-abu
Ini sebuah perpisahan,
Hingga nanti waktu mempertemukanmu denganku


Minggu, 06 Maret 2011

behind the story of 'A'

Entah ini nasib, takdir, keberuntungan, ataupun kesialan, mempunyai nama dengan huruf awal ‘A’. Dari dulu, aku tidak mau mendroktrin diriku dengan hal-hal seperti itu. Aku hanya ingin melewati hariku dengan presensi yang selalu berada di awal dan selalu mendapat giliran praktek olahraga di bagian awal. 

12 tahun bagiku sangat cukup untuk berada di presensi awal. Dari SD hingga SMA , kalau tidak bernomor presensi 2, pastinya 3, kalau tidak ya nomor 4, atau  5, atau paling pol nomer 6. Aku mungkin harus berterima kasih dengan teman-temanku yang bernama Adi, ataupun Agus, ataupun Agung, karena presensi mereka selalu di atasku. Atau mungkin aku harus berterima kasih kepada orangtua mereka karena telah memberikan nama itu. Bagaimana tidak, kalau mereka itu tidak ada entah apa jadinya aku, mungkin selalu berada di presensi nomor 1 dan mendapati bahwa aku harus melakukan praktek olahraga nomor 1, mendapat giliran di suntik nomor 1, harus maju ke depan mengerjakan soal matematikan nomor 1, selalu duduk di bagian depan kalau ujian.  

Tapi, bukan berarti tidak berada pada posisi presensi nomor 1 pun juga sedikit mengalami hal seperti itu. Pernah suatu waktu, waktu itu aku berada di nomor presensi 2, dan kebetulan saat itu temanku yang berada di nomor presensi 1 tidak masuk. Aku masih ingat betul waktu itu pelajaran olahraga. Semua anak harus praktek lompat jauh, dimulai dari presensi 1 berurutan hingga presensi 37. Sialnya aku hari itu, karena temanku tidak masuk, aku mendapat giliran pertama lompat jauh. And you know what, i was failed. Bukannya banyak alesan sih, tapi aku yakin pada lompatan itu aku akan gagal, karena aku masih kaget dan tegang mendapat giliran pertama, disamping itu aku belum latihan. Sementara aku masih menyesali kegagalan lompatanku, teman-temanku yang berada di absen bawah mempunyai kesempatan untuk berlatih dulu. Hah.., menyebalkan.

Bukan hanya selalu mendapat giliran di awal, tapi mempunyai nama dengan awalan abjad ‘A’ itu juga membutuhkan mental tingkat tinggi, kepercayaan diri, dan muka tembok. Kalau menurutku memang harus seperti itu. Bagaimana tidak, ketika penghuni presensi 1 sampai 10 rata-rata adalah adalah anak cowok, mau tidak mau aku harus ikut berkonspirasi dengan mereka. Aku masih ingat hari itu sedang ujian, kalo jaman SMP dulu sih masih disebut THB. Aku berada di nomor presensi 3, sementara temanku si presensi  2,4,5,7,8,9 sedang berkonspirasi untuk mencontek. Mau tidak mau, aku yang waktu itu memang berada di posisi minoritas dan dipaksa sebagai jalur percontekan terpaksa harus turut serta berkonspirasi dengan mereka. Tapi tidak sepenuhnya sial menurutku waktu itu. Aku sempat ikut-ikut melirik ke arah kertas contekan itu dan menuliskannya dulu ke dalam lembar jawabanku sebelum mendistribusikan contekan itu ke temanku si presensi 2. Hahaa.., itu yang namanya sambil menyelam minum air. Sebenarnya berat juga ikut-ikutan menyontek,karena  dalam kamus hidupku semasa SD, tidak ada hal yang namanya mencontek. I was clean, and too clean to cheat, dan mencotek adalah hal yang paling imposible yang kulakukan. Yaa, itu dulu. Sebelum akhirnya teman-teman si absen awal, anak-anak brandalan, dan cowok-cowok pemalas, berhasil mempengaruhi personal doktrin yang sudah tertanam bertahun-tahun itu luntur. Tapi ada satu hal yang bikin heran. Perasaan dari jaman SD sampe lulus SMA, aku selalu jadi korban percontekan. Entah si presensi di depanku atau di belakangku selalu memanfaatkan posisiku sebagai kaum marjinal, penakut, dan kaum tertindas. Si absen depanku dengan tanpa dosa nyontek waktu Ujian semester bahasa Inggris. Dengan mudahnya dia menoleh kebelakang dan dan melerik lembar jawabanku. Sementara si absen belakang menendang-nendang kursiku sampai mendapatkan contekan yang dia inginkan.

Sighh...., itu hanya sebagian kecil cerita behind the name with ‘A’ letter ( huruf ). Sebenarnya masih banyak lagi, tapi sebagaian aku lupa dan sengaja melupakan, dan mungkin terlalu panjang kalau diceritakan satu persatu. Tapi yang paling membuatku dongkol waktu ujian lari di pelajaran olahraga. Lagi – lagi pelajaran olahraga. Waktu itu yang mendapat giliran pertama lari  adalah absen 1 sampai 6.  Absen 1 sampai 6 harus lari bersama-sama untuk mengelilingi komplek yang berada di dekat sekolahku 2x putaran. Cukup jauh sih jaraknya, at least menurutku. Aku waktu itu menjadi penghuni absen 3 sementara absen 1,2,4,5,6 semua adalah laki-laki. Dasar mereka teman-teman yang tidak berperikemanusiaan. Sial, waktu lari keliling komplek mereka dengan innocent nya berlari cepat dan meninggalkanku. “Hooohh.., boys.. i’m gonna kill you...”( i said to my heart ). Bukan masalah ditinggal paling belakang, tapi yang membuatku panik waktu itu karena di daerah komplek dekat sekolah sering ada orang gila yang nongkrong dan suka mengejar orang yang lewat.. ohh boy... untung saja waktu itu si orang gila tidak nongkrong di tempat biasa. Dasar mereka tidak punya rasa solidaritas tingkat tinggi, nggak punya perasaan. Langsung ill feel deh ngeliatin mereka. How could they do it?? They left me. Sementara teman-temanku yang lain saling menunggu waktu ujian lari itu, Cuma aku satu-satunya yang ditinggal sendiri. I really hate all of you, guys. Haaaaaaiiihhhhhh.., hiduoku serasa berkutat dengan pelajaran penjaskes.

But, thanks God, kuliah ternyata presensi tidak berdasar abjad, tapi berdasar nomor pendaftaran mahasiswa. Huwwff.., finally...
Mungkin satu-satunya hal menyenangkan dari presensi awal adalah aku tidak perlu merasa deg-degan dan tegang berlama-lama ketika mendapat giliran praktek olah raga, ataupun maju ke depan mengerjakan soal, ataupun mendapat giliran pertama di suntik vaksin cacar air .Perasaan tegang atau deg-degan pasti Cuma di awal saja.  Sementara temanku yang berada di presensi 20an atau 30an masih tegang menunggu giliran, aku sudah bisa bersantai dan benafas lega.

Over all, i think it’s not about being lucky atau merasa sial. Just be pround with your name. Be pround with all the things that your parents have given, including your name. Bersyukur mempunyai nama dengan awalan abjad ‘A’. I know sometimes it feels sucks, but sometimes it can be fun. At least i know that my name is unusual name, bukan nama pasaran, dan jarang yang punya nama seperti namaku. Hahahaaaaa...............Narsis abis.  Laugh Out Loud ( LOL ).   b^_^d

Kamis, 03 Maret 2011

Vertical HorizoN, everything you want lyrics

Somewhere they're speaking
Somewhere they're coming in
Oh and it's rising in the back of your mind

You never could get it
Unless you were fed it
Now you're here
And you don't know why

But under skinned knees and the skidmarks
Past the places where you used to learn
You howl and listen
Listen and wait for me
Echos of angels that won't return

He's everything you want
He's everything you need
He's everything inside of you
That you wish you could be
He says all the right things
At exactly the right time
But he means nothing to you
And you don't know why

Waiting for someone to put you together
Waiting for someone to push you away
There's always another
Wound to discover
There's always something more you wish he'd say

He's everything you want
He's everything you need
He's everything inside of you
That you wish you could be
He says all the right things
At exactly the right time
But he means nothing to you
And you don't know why

But you'll just sit tight
And watch it unwind
It's only what you're asking for
And you'll be just fine
With all of your time
It's only what you're waiting for

Out of the island
Into the highway
Past the places where you might have turned
You never did notice
You still hide away
Anger of angels that won't return

The drizzle

            Gerimis romantis, begitu kata orang and i guess so. But not today. I think today is not a romantic drizzle. I am on my way from my office , an office, a place where i'm being a junior public defender apprentice. Well, this drizzle remaind me with the friend that i haven't seen for more than a year. Usually, i remember with him when the drizzle come. He ever told me his feeling about drizzle and i clearly remember what he said. Damn, i remember him again because of this drizzle. I stop at the traffic light , wait till the light get green. While i'm waiting, i look up at the lamp which on the side street. I can see clearly the drizzle from those lamp ray, feel that yeahh.. this is the great girt from God, this drizzle. But ,  suddenly this drizzle remind me about everything. My friend ever said that she's really bloody love the drizzle and she's always let her body uncover without the raincoat, so she can feel the drizzle. She's really enjoy it. Sh*t.., this drizzle always remind me. There's always drizzle in every single winter, so it's impossible that i can forget him,besides one of the Indonesian's weather is winter. I think i should find the plan B, another idea, to make it go go go away and stop to spin on my mind 

Rabu, 23 Februari 2011

the boy in the striped pajamas

            Bruno is a nine-year-old boy growing up during World War II in Berlin with his loving family. He lives in a huge house with his parents, his twelve-year-old sister Gretel (whom he refers to as a Hopeless Case) and maid servants called Maria and Lars. His father is a high-ranking SS officer who, after a visit from Adolf Hitler (referred to in the novel as The Fury which Bruno misshears [like with Out-With] and should be Fuhrer) and Eva Braun, is promoted to 'Commandant', and to Bruno's dismay the family has to move away to a place called Out-With (which turns out to be Auschwitz).
           When Bruno gets there he feels a surge of homesickness after leaving behind his family, grandparents, and his three best friends for life. He is unhappy with his new home. It only has three floors, there are always soldiers coming in and out of the house and there are no good banisters to slide down. Bruno is lonely and has no one to talk to or play with and the house is so small that there is no exploring to be done. However, one day while Bruno is looking out of his window he notices a bunch of people all wearing the same striped pyjamas and striped hats or bald heads. As he is a curious child, Bruno asks his sister who these people are, but she does not know. His father tells him that these people are not real people at all. They are Jews. Gretel has changed from a normal young girl into a strong Nazi with the help of her tutor, Herr Lizst, but Bruno does not seem to take the same stance as Gretel. He still prefers adventure books to history books though. There is also a soldier called Llewelyn Kotler who is violent in his ways and shows his disapproval to the Jewish prisoner, Pavel. Pavel works around the house and is always treated like slime by Llewelyn Kotler. One day Bruno falls off his swing and Pavel helps him dress the wound. Bruno, in his naivety, asks if his Mother should take him to a doctor, meets a reply from Pavel saying that he is a doctor.
           Bruno finds out he is not allowed to explore the back of the house or its surroundings, and his father is very stern in forbidding him to do so. Due to the combination of curiosity and boredom, he decides to explore. He spots a boy on the other side of the fence. Excited that there might be a boy his age, Bruno introduces himself, blissfully unaware of the situation on the other side of the fence. The Jewish boy's name is Shmuel. He was taken from his family and forced to work in Auschwitz. Almost every day, they meet at the same spot. Soon, they become best friends. Bruno and Shmuel even shared the same birthday. They are basically the same person born into different circumstances, one a Polish Jew, the other a German. He, across the book shows a great deal of naivety whilst his friend Shmuel seems to have more knowledge of his surrounding as he has felt the suffering first-hand.
The story ends with Bruno about to go back to Berlin with his mother and sister on the orders of his father. As a final adventure, he agrees to dress in a set of striped pyjamas and goes in under the fence to help Shmuel find his father, who went missing in the camp. The boys are unable to find him. Just as it starts to rain and get dark, Bruno decides he would like to go home, but they are rounded up in a crowd of people by the Nazi guards who start them on a march.
          Neither boy knows where this march will lead. However, they are soon crowded into a gas chamber, which Bruno assumes is a place to keep them dry from the rain until it stops. The author leaves the story with Bruno pondering, yet unafraid, in the dark holding hands with Shmuel. "...Despite the chaos that followed, Bruno found that he was still holding Shmuel's hand in his own and nothing in the world would have persuaded him to let go".
          In an epilogue, Bruno's family spent several months at their home trying to find Bruno, before his mother and Gretel return to Berlin, only to discover he is not there as they had expected. A year afterwards, his father returns to the spot that the soldiers found Bruno's clothes (the same spot Bruno spent the last year of his life) and, after a brief inspection, discovers that the fence is not properly attached at the base and can form a gap big enough for a boy of Bruno's size to fit through. Using this information, his father eventually pieces together that they gassed Bruno to death. Several months later, the Red Army arrives to liberate the camp and orders Bruno's father to go with them. He goes without complaint, because "he didn't really mind what they did to him any more", believing his loss of his son and arrest were consequences for his anti-Semitic war crimes.(wikipedia)