Minggu, 06 Maret 2011

behind the story of 'A'

Entah ini nasib, takdir, keberuntungan, ataupun kesialan, mempunyai nama dengan huruf awal ‘A’. Dari dulu, aku tidak mau mendroktrin diriku dengan hal-hal seperti itu. Aku hanya ingin melewati hariku dengan presensi yang selalu berada di awal dan selalu mendapat giliran praktek olahraga di bagian awal. 

12 tahun bagiku sangat cukup untuk berada di presensi awal. Dari SD hingga SMA , kalau tidak bernomor presensi 2, pastinya 3, kalau tidak ya nomor 4, atau  5, atau paling pol nomer 6. Aku mungkin harus berterima kasih dengan teman-temanku yang bernama Adi, ataupun Agus, ataupun Agung, karena presensi mereka selalu di atasku. Atau mungkin aku harus berterima kasih kepada orangtua mereka karena telah memberikan nama itu. Bagaimana tidak, kalau mereka itu tidak ada entah apa jadinya aku, mungkin selalu berada di presensi nomor 1 dan mendapati bahwa aku harus melakukan praktek olahraga nomor 1, mendapat giliran di suntik nomor 1, harus maju ke depan mengerjakan soal matematikan nomor 1, selalu duduk di bagian depan kalau ujian.  

Tapi, bukan berarti tidak berada pada posisi presensi nomor 1 pun juga sedikit mengalami hal seperti itu. Pernah suatu waktu, waktu itu aku berada di nomor presensi 2, dan kebetulan saat itu temanku yang berada di nomor presensi 1 tidak masuk. Aku masih ingat betul waktu itu pelajaran olahraga. Semua anak harus praktek lompat jauh, dimulai dari presensi 1 berurutan hingga presensi 37. Sialnya aku hari itu, karena temanku tidak masuk, aku mendapat giliran pertama lompat jauh. And you know what, i was failed. Bukannya banyak alesan sih, tapi aku yakin pada lompatan itu aku akan gagal, karena aku masih kaget dan tegang mendapat giliran pertama, disamping itu aku belum latihan. Sementara aku masih menyesali kegagalan lompatanku, teman-temanku yang berada di absen bawah mempunyai kesempatan untuk berlatih dulu. Hah.., menyebalkan.

Bukan hanya selalu mendapat giliran di awal, tapi mempunyai nama dengan awalan abjad ‘A’ itu juga membutuhkan mental tingkat tinggi, kepercayaan diri, dan muka tembok. Kalau menurutku memang harus seperti itu. Bagaimana tidak, ketika penghuni presensi 1 sampai 10 rata-rata adalah adalah anak cowok, mau tidak mau aku harus ikut berkonspirasi dengan mereka. Aku masih ingat hari itu sedang ujian, kalo jaman SMP dulu sih masih disebut THB. Aku berada di nomor presensi 3, sementara temanku si presensi  2,4,5,7,8,9 sedang berkonspirasi untuk mencontek. Mau tidak mau, aku yang waktu itu memang berada di posisi minoritas dan dipaksa sebagai jalur percontekan terpaksa harus turut serta berkonspirasi dengan mereka. Tapi tidak sepenuhnya sial menurutku waktu itu. Aku sempat ikut-ikut melirik ke arah kertas contekan itu dan menuliskannya dulu ke dalam lembar jawabanku sebelum mendistribusikan contekan itu ke temanku si presensi 2. Hahaa.., itu yang namanya sambil menyelam minum air. Sebenarnya berat juga ikut-ikutan menyontek,karena  dalam kamus hidupku semasa SD, tidak ada hal yang namanya mencontek. I was clean, and too clean to cheat, dan mencotek adalah hal yang paling imposible yang kulakukan. Yaa, itu dulu. Sebelum akhirnya teman-teman si absen awal, anak-anak brandalan, dan cowok-cowok pemalas, berhasil mempengaruhi personal doktrin yang sudah tertanam bertahun-tahun itu luntur. Tapi ada satu hal yang bikin heran. Perasaan dari jaman SD sampe lulus SMA, aku selalu jadi korban percontekan. Entah si presensi di depanku atau di belakangku selalu memanfaatkan posisiku sebagai kaum marjinal, penakut, dan kaum tertindas. Si absen depanku dengan tanpa dosa nyontek waktu Ujian semester bahasa Inggris. Dengan mudahnya dia menoleh kebelakang dan dan melerik lembar jawabanku. Sementara si absen belakang menendang-nendang kursiku sampai mendapatkan contekan yang dia inginkan.

Sighh...., itu hanya sebagian kecil cerita behind the name with ‘A’ letter ( huruf ). Sebenarnya masih banyak lagi, tapi sebagaian aku lupa dan sengaja melupakan, dan mungkin terlalu panjang kalau diceritakan satu persatu. Tapi yang paling membuatku dongkol waktu ujian lari di pelajaran olahraga. Lagi – lagi pelajaran olahraga. Waktu itu yang mendapat giliran pertama lari  adalah absen 1 sampai 6.  Absen 1 sampai 6 harus lari bersama-sama untuk mengelilingi komplek yang berada di dekat sekolahku 2x putaran. Cukup jauh sih jaraknya, at least menurutku. Aku waktu itu menjadi penghuni absen 3 sementara absen 1,2,4,5,6 semua adalah laki-laki. Dasar mereka teman-teman yang tidak berperikemanusiaan. Sial, waktu lari keliling komplek mereka dengan innocent nya berlari cepat dan meninggalkanku. “Hooohh.., boys.. i’m gonna kill you...”( i said to my heart ). Bukan masalah ditinggal paling belakang, tapi yang membuatku panik waktu itu karena di daerah komplek dekat sekolah sering ada orang gila yang nongkrong dan suka mengejar orang yang lewat.. ohh boy... untung saja waktu itu si orang gila tidak nongkrong di tempat biasa. Dasar mereka tidak punya rasa solidaritas tingkat tinggi, nggak punya perasaan. Langsung ill feel deh ngeliatin mereka. How could they do it?? They left me. Sementara teman-temanku yang lain saling menunggu waktu ujian lari itu, Cuma aku satu-satunya yang ditinggal sendiri. I really hate all of you, guys. Haaaaaaiiihhhhhh.., hiduoku serasa berkutat dengan pelajaran penjaskes.

But, thanks God, kuliah ternyata presensi tidak berdasar abjad, tapi berdasar nomor pendaftaran mahasiswa. Huwwff.., finally...
Mungkin satu-satunya hal menyenangkan dari presensi awal adalah aku tidak perlu merasa deg-degan dan tegang berlama-lama ketika mendapat giliran praktek olah raga, ataupun maju ke depan mengerjakan soal, ataupun mendapat giliran pertama di suntik vaksin cacar air .Perasaan tegang atau deg-degan pasti Cuma di awal saja.  Sementara temanku yang berada di presensi 20an atau 30an masih tegang menunggu giliran, aku sudah bisa bersantai dan benafas lega.

Over all, i think it’s not about being lucky atau merasa sial. Just be pround with your name. Be pround with all the things that your parents have given, including your name. Bersyukur mempunyai nama dengan awalan abjad ‘A’. I know sometimes it feels sucks, but sometimes it can be fun. At least i know that my name is unusual name, bukan nama pasaran, dan jarang yang punya nama seperti namaku. Hahahaaaaa...............Narsis abis.  Laugh Out Loud ( LOL ).   b^_^d

Tidak ada komentar:

Posting Komentar