Rabu, 19 Oktober 2011

‘Sang Aktivis Kampung’


-->
        Genap sudah usianya menginjak 50 di tahun ini, namun seakan-akan semangatnya tidak pernah meredup untuk membuat suatu perubahan di kampungnya. Seperti biasa, pagi ini dia memulai aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga biasa. Menyapu, mencuci, memasak,memang  sudah fasih dia lakukan, mungkin karena itu beberapa hal yang dilakukannya sehari-hari.
           Handpohone di ruang tamu kembali berdering. Buru-buru dia mengangkatnya sembari membetulkan handuk yang tadi melingkar di lehernya dan hampir jatuh. Oh, rupanya orang yang berbicara di telepon itu salah satu aktifis kampung lain yang menginginkan kehadirannya  sebagai ‘ketua pengurus lansia ’ di acara syawalan kelurahan.  Ini memang undangan acara syawalan  kesekian kali yang memang dia berencana untuk mendatanginya.
        Sepak terjangnya sebagai aktifis di kampung mungkin sudah lebih dari 20 tahun ia geluti. Debutan karirnya dimulai dari sebuah arisan RT, dimana dia diberi kepercayaan sebagai  ‘Bendahara’.  Kemudian dia mulai merambah ke dunia Arisan RW. Dan lagi dia dipercaya sebagai Bendahara. Karirnya makin menanjak dan ia pun semakin populer hingga akhirnya beberapa tahun kemudian dia didaulat sebagai Bendahara perkumpulan Ibu-Ibu PKK.  Kurang lebih 15 tahun menapaki  dunia PKK , karirnya berkutat sebagai Bendahara atau Sekertaris. Namun, dari jabatan tersebutlah  akhirnya dia dikenal hingga wilayah Kelurahan dan Kecamatan.  Entah itu sial atau beruntung, namun jika ada pemilihan tugas sebagai Bendahara ataupun Sekertaris, sang Aktifis Kampung lah yang selalu dicalonkan pertama kali dan selalu menjadi kandidat  tunggal.
         Tidak cukup hanya berkutat dengan dunia Bendahara ataupun Sekertaris.  Dirinya yang amat mencintai olahraga sering mengajak  seluruh warga kampung, khususnya Ibu-Ibu untuk berolah raga. Dari menggalakkan senam Kampung dengan menghadirkan Instruktur  Aerobik  hingga mempopulerkan Olahraga minggu pagi  untuk Ibu-Ibu di kampung kami, ke daerah Imogiri. Saking gencarnya menggerakkan program senam kampung , dia juga  diminta secara khusus oleh pihak kelurahan untuk mengikuti kursus Instruktur senam yang digalakkan oleh kelurahan . Selain itu, dia juga aktif sebagai Pengurus Posyandu Balita dan ikut aktif memantau perkembangan Balita.  Hal yang paling membantu adalah Sang aktifis rupanya memang tipikal orang yang gemar mencatat. Semua pengarahan dari Dokter Puskesmas yang rutin tiap bulan mengunjungi Posyandu Balita selalu ia catat dan kemudian ia pelajari baik-baik. Kemudian, 4 tahun belakangan, ia didaulat sebagai ketua Pengurus Lansia. Tugasnya cukup sulit menurutku, karena selain membantu program kelurahan memantau kesejahteraan Lansia ia juga harus memastikan bahwa lansia-lansia di daerah kami harus tetap bugar dan masih aktif diikutsertakan jika ada perlombaan antar lansia di kelurahan. Pernah suatu waktu , diminta untuk menduduki sebuah posisi disalah satu instansi pemerintah daerah oleh kenalannya di kecamatan dan kelurahan yang memang mengetahui persis sepak terjang sang aktifis. Namun, sang aktifis menolak. Dia merasa tidak mampu jika mengemban tugas sebagai  salah satu Pejabat Desa tersebut. Sang aktivis yang hanya mengenyam pendidikan hingga bangku SMA juga merasa minder, terlebih lagi gunjingan-gunjingan yang akan dia terima jika dirinya menjadi salah satu pejabat desa menambah niat sang aktivis menjadi surut. Maka dari itu, dia putuskan untuk menjadi aktivis kampung ketimbang menjadi bagian dari pejabat kampung.  Dia lebih memilih menggalakkan berbagai program, baik yang merupakan program pemerintah maupun program underground yang dilakukan ibu-ibu Pkk. Beberapa bulan lalu juga diadakan pemilihan pengurus sebuah badan baru ditingkat kelurahan. Dan lagi, sang aktifis lah yang dicalonkan dan pada akhirnya terpilihlah ia sekaligus berhasil mengalahkan popularitas sang Pejabat Kampung (Bu RW).
         Menjadi aktifis kampung bukan berarti perkara gampang. Biarpun hanya di level kampung, intrik-intrik yang terjadi sama menantangnya dengan intrik di dunia politik. Dari aktifis kampung kacangan yang hanya bermodal nimbrung hingga pejabat kampung yang merasa iri dan kalah pamor, sepertinya berlomba-lomba menghambat sepak terjang Sang aktifis. Tipu muslihat , adu domba, fitnah, salah paham, juga pernah ikut meramaikan intrik dan polemik dalam perjalanan karir sang aktifis kampung.
Kadang sang aktivis kampung merasa lelah karena bertahun-tahun hanya berkutat dengan hal itu-itu saja. Entah sampai kapan sepak terjang sang aktivis kampung tersebut bertahan. Namun, membuat kampung menjadi lebih baik, lebih maju, dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat yang membutuhkan, selalu menjadi penyemangat sang aktivis kampung.
        ‘Sang aktivis kampung’ , i dedicate this for the one and the only one, my beloved, my guardian angel, my sidekick, a person who always next to me whoever whatever I am, SHE IS MY MOM. I know this type-writing doesn’t good enough. But this is show that i really support whatever you’ve did. A dedication and an appriciation which she never got before. This is just for you. Luv ya Mom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar