Sabtu, 02 Oktober 2010

untitled

I'm living in the place where traditional still have an important role and the modern is taking control. I can feel how this situation always happened in daily life. Arus globalisasi dan modernisasi yang datang bertubi-tubi, mulai mengubah pola pikir serta gaya hidup masyarakat. Tapi untuk hal yang satu ini , tidak. Transportasi. Antara heran dan salut. Bagaimana tidak, saya masih berfikir bagaimana bisa sebuah alat transportasi yang sangat tradisional masih bisa bertahan dan berkembang diantara hadirnya alat transportasi yang baru dan super canggih.

Yogyakarta, a city where i was born, i breath since 1986, took my study and graduated from law faculty, livin in , spend my life and my time, getting friends, flirt, fallin in love, broken heart, get many experiences, a place where i want to spend my time in my old life wheather i get a job outside this city. Di kota yang banyak disebut orang sebagai kota pelajar ini bisa kita jumpai sebuah contoh hal tradisional yang masih bisa bersahabat akur dengan yang namanya modernisasi, duet antara becak, andong, bus kota ,bus transjogja, motor, mobil. Sebenarnya bukan hanya di jogjakarta fenomena itu terjadi, bahkan di luar negeri dan di kota-kota lain di indonesia pun juga ada. Di thailand misalnya, kendaraan tradisionl macam ‘tuk-tuk’ pun masih laris manis dan makin eksis, sama halnya dengan di indonesia ( becak / andong).

Diantara hiruk pikuknya jalan raya dan perpaduan antara motor dan mobil yang saling salip kiri salip kanan, bus kota yang jalannya ngebut karena kejar setoran, atau klakson dari bus trans jogja yang suaranya rada aneh bagiku, becak dan andong masih bisa memposisikan diri sebagai salah satu pengguna jalan. Becak, mendengar kata itu sedikit tertawa. Bukan maksud merendahkan posisi tukang becak sebagai pengguna jalan, tetapi tertawa karena saya langsung teringat dengan kejadian bulan lalu yang cukup mengejutkan saya. Bagaimana tidak, bulan lalu saya disruduk becak dari arah belakang. Sepengetahuan saya, saya tidak melakukan kesalahan apa-apa. Waktu itu saya sedang melintas di sebuah perempatan jalan kecil yang tentu saja tidak ada traffic lights nya. Saya sontak terhenti ( walopun saya tidak berhenti secara mendadak dan saya sadar betul itu bukan kesalahan saya ), melihat kiri dan kanan jalan. Namun, entah mengapa tukang becak yang berada di belakang saya tiba-tiba dengan santainya menyruduk motor yang saya kendarai. Tukang becak itu kemudian memundurkan ban becak dengan cara mengayuh mundur pedal becaknya, dan kemudian mengayuh pedal kedepan lagi dan akhirnya saya disruduk lagi dari arah belakang. Oh my God... Karena kaget saya lantas menoleh. Tukang becak yang melihat saya menoleh malah mengklakson-klakson saya dengan suara ‘kringg..kringgg’ khas suara klakson becak. Dan ini yang lebih aneh lagi, seminggu berikutnya peristiwa tersebut terjadi lagi dan ditempat yang sama pula. Cuman satu yang membikin saya aneh dari dulu kala, apapun yang terjadi kita tidak akan menang beradu mulut dengan tukang becak. Walaupun dalam posisi berkendara becak yang salah, tapi pengguna kendaraan lainlah yang justru akan dimaki oleh tukang becak. Aneh kan..?? Tapi jangan salah, justru becak itu malah tergolong hebat. Secara status sosial dia lebih rendah dari yang berkendara mobil, tapi becak cukup membuat takut para pengendara mobil ( terutama mobil sedan yang Lux..woww... ). Ya iyalah, kena senggol dikit aja biayanya mahal. Makanya, pengendara mobil lebih milih cari aman saja. Untuk yang satu ini, two thubs up buat becak.. Yee....!!!

Ada hal lain juga ynga membuat saya salut dengan tukang becak. Dengan gagah berani mereka menyebrang jalan. Padahal hiruk pikuknya Bus-bus besar yang lalu-lalang dan saling salip-menyalip dengan kendaraan lain, tidak membuat gentar tukang becak mengayukan pedalnya kedepan menyebrangi jalan. Untuk hal yang satu ini, saya juga salut. Jujur saja, saya termasuk orang yang tidak terlalu berani dalam hal menyeberang Jalan. Tidak hanya ketika jalan kaki, ketika menaiki motor pun masih ada persaan takut dalam menyebrang. Humm hum humm.., how can I...??

Let’s talk about Andong. Andong, kendaraan macam kereta tradisional, dikendalikan oleh seorang kusir, dan ditarik oleh sebuah kuda (dulunya 2 buah kuda, entah mengapa seiring perkembangan jaman 2 buah kuda berubah menjadi satu ekor kuda saja yang menariknya. Mungkin karena mahalnya biaya perawatan kuda dan pemeliharaannya maka si kusir andong pun menjualnya). Kira-kira 10 tahun nan yang lalu, masih banyak saya temui kendaraan tradisional ini. Bahkan dulu saya sering menggunakan alat transportasi ini. Namun seiring dengan berkembangnya zaman dan berkembanganya kendaraan yang lebih modern, jumlah Andong di Jogjakarta kian menurun dan saya pun juga sudah jarang menggunakan alat transportasi ini. Mungkin sesekali kangen juga dan pingin lagi mencoba sensasi naik andong dengan angin sepoi-sepoi yang juga menjadi daya tarik sendiri bagi pengguna alat tansportasi ini.

Sebenarnya kita tidak perlu heran dengan keeksistensian andong sebagai alat transportasi di jogjakarta. Jika kita lihat lagi, bukan hanya di Indonesia kita bisa temukan Hewan yang digunakan untuk alat transportasi. Inggris misalnya, seperti kita tahu bahwa Kuda juga digunakan sebagai kendaraan patroli polisi ( hum humm.., jadi ketawa sendiri kalau inget pakaian polisi di England a.k.a. UK ). Di Arab, kita juga tau bahwa Unta juga digunakan sebagai alat transportasi. Lalu di mana letak permasalahannya?? Nah, it’s time to discuss. Mungkin perbedaanya terletak pada polusi yang ditimbulkan. Mungkin orang yang berasal dari luar Jogjakarta merasa terganggu jika mereka melintasi jalan dan menemui segunung kotoran kuda yang berceceran di jalan ( saran saya, gk usah dibayangin bentuknya kaya apa). Mungkin itu yang menjadi masalah kenapa Andong kadang masih disepelekan oleh pengguna jalan yang lain. Sebenarnya si kusir andong pun juga sudah berusaha untuk meminimalisir jumlah kotoran kuda yang mungkin akan berceceran di Jalan. Sang kusir mengakalinya dengan meletakkan sebuah karung yang dibuka dan diletakkan tepat di bawah kuda, tempat dimana sekiranya kotoran kuda nantinya akan jatuh ( hummmm.., yang ini jangan dibayangin juga ya..!! ). Nah, biasa dilihatkan bahwa Sang kusir pun berusaha mengurangi polusi udara dan polusi mata yang nantinya akan ditimbulkan dari kotoran tersebut. Selain itu, kotoran kuda yang dihasilkan oleh kuda itu sendiri nantinya bisa diolah menjadi sebuah pupuk yang nantinya bisa di jual ataupun digunakan sendiri. Well, that’s great idea, cara tradisional namun cukup smart idea.

Over all, walaupun adanya jenis transportasi baru ataupun merk-merk kendaraan baru bermunculan, becak dan Andong akan tetap selalu Eksis. Bagaimanapun juga kita tidak boleh memungkiri, tukang becak mencari nafkah dari mengayuh becak dan Kusir Andong mencari nafkah dengan Andongnya. Paten..!! kalau misalkan pemerintah melarang becak dan andong beroperasi, lalu bagaimana nasib mereka. Apakah pemerintah mau mengganti biaya hidup dan memberikan uang tiap harinya bagi mereka?? I don’t think so. Hidup Becak dan Andong !!!!!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar